Dayak (Harus) Menulis Sejarahnya dari Dalam
Masri Sareb Putra
Penulis senior, Angkatan 2000 dalam Sastra Indonesia
The History of Java (tHoJ), Sejarah Jawa. Seperti kita ketahui, ditulis orang luar. Siapa dia? Orang yang literat, pasti mafhum. Maka tidak pelu diperjelas lagi.
Setidak-tidaknya,
sejarah Dayak ditulis "dari dalam". Jangankan niat. Terbetik pun
tidak hasrat untuk "menyaingi" The History of Java
(tHoJ). Buku babon sejarah Jawa dianggap karya Thomas Stamford Raffles yang
terbit tahun 1817.
Diketahui bahwa
penulis tHoJ mengambil bulat-bulat dan menerjemahkan,
tanpa menyebut sumber, karya Middelkoop --The history of Priboemi,
terutama Bab 10 buku tHoJ. Masih jadi silang pendapat di kalangan pegiat
literasi, apakah karya ini pantas disebut "tunggal", ataukah
dikerjakan dalam office hours oleh Middelkoop. Sedemikian
rupa, sehingga sama sekali tidak di-mention.
Meski demikian, THoJ tetap sebuah mahakarya, catatan sejarah dari
sudut pandang penguasa waktu itu.
Kita tidak sedang mengulas THoJ . Tapi fokus pada judul narasi
ini. Hal yang berbeda, di buku Sir dan saya:
Java identik pulau dengan sukunya. Sedangkan buku saya, suku Dayak dan pulau
bermukim sukunya, berbeda. Namun, akhir-akhir ini. Anak-anak muda ingin
mengusulkan, setengah maksa, wacana: Pulau Dayak.
Saya baca langsung buku The History of Java tahun 1992 di Taman Mini Indonesia Indah. Kini sudah ada terjemahannya. Tapi saya tidak pernah puas dengan sumber sekunder. Selain buku itu, untuk memperoleh gambaran menyeluruh mengenai "isi kepala" dan latar keluarga Raffles, saya juga memamahbiak buku ini. Menambah, sekaligus menyibak wawasan. Setidaknya, bisa memahami apa yang menjadi latar.
Menulis setiap hari.
Sedikitnya 1.000 kata, atau satu narasi-pendek. Kadang, jika mood dan on
fire. Bisa sampai 8.000 kata/hari.
Jangan ditanya, mengapa bisa begitu? Bukan talenta. Bukan pula luarbiasa. Yang ada: kebiasaan saja. Sejak SMA, saya sudah biasa menulis untuk majalah dinding. Kebiasaan itu berkelanjutan hingga kini. Bahkan, sejak 2013. Saya memutuskan fokus hidup dari menulis (buku) saja.
Saya mau cerita sekilas
saja. Buku ini adalah kumpulan artikel di Web kita ini. Saya perkaya. Ditambah
referensi sana sini. Membuat saya jadi semakin pede, ketika seorang profesor
antropologi bersaksi: buku ini wajib dibaca seorang profesor.
Tidak kurang dari 200 pustaka primer saya baca dan ringkas (parafrasa), dengan jujur menyebut sumbernya. Penelitian prasejarah Dayak, bumi Borneo sebelum deglasiasi, dari: Blust. Lalu ada Edwin Gomes, Evans H.N. Ivor, King, Hogendorp sebagai pustaka penyangga sejarah. Bahwa Dayak telah menghuni Borneo sejak 40.000 tahun silam.
Kemenangan saya hanya
terletak di fokus. Ada waktu khusus untuk mendalami footnotes. Selain berkanjang
dalam bidang yang menjadi vak saya.
Atas berkanjang dan
"ngendon", tenggelam di antara buku-buku dan referensi. Beberapa
minggu berhari-hari di lantai 12, 14, dan 21 Perpustakaan Nasional, Jalan Medan
Merdeka, Jakarta. Lalu jika lapar dan dahaga, turun ke lantai 4 untuk
meneruskan riset. Hasilnya? Saya mafhum bahwa:
top 10 Dayak mayoritas
di Sarawak (dari total populasi 2,5 juta)
1. Iban: 723.000
2. Bidayuh: 201.000
3. Kayan: 33.000
4. Kenyah: 32.000
5. Kendayan: 21.000
6. Lun Bawang: 20.000
7. Penan: 17.000
8. Bisaya: 7.000
9. Kelabit: 7.000
10. Kajang: 6.000
Manakala ditambah subsuku yang sama di Tanah Dayak di Indonesia, maka mayoritas
suku Dayak adalah IBAN (sekitar 1 juta), lalu BIDAYUH 0,5 juta.
Diimbuhi Dayak di Indonesia, populasi Dayak sedunia dengan sekitar 600 subsuku
(bukan hanya 405 menurut peneliti dahulu) tidak kurang dari: 7 juta jiwa.
Saya turut menjadi
kontributor bagi The Joshua Project yang bermarkas di Amerika Serikat. Kami
menganut penggolongan BIDAYUH sebagai rumpun LAND DAYAK, yang dari kata bi
(orang) dayuh/ doih (darat/ udik/ hulu), persebarannya di Kabupaten Sanggau dan
Kab. Bengkayang dan sedikit di Ketapang. Di Sarawak, Bidayuh banyak di Serian.
Akan halnya etnis saya,
Bidayuh (Jangkang/Djo) terdiri atas 11 subetnik. Rumpun sama Pompakng, Pandu,
Hibutn.
Saya hanya fokus
penelitian untuk Dayak Iban (khusus sastra dan migrasi /sejarahnya), Lengilo'
(sejarah dan penggolongan), dan Jangkang (selurunnya). Boleh tanya saya
subetnik ini, sedangkan subetnis yang lain, saya angkat tangan.Ada banyak
etnolog dan antropolog, selain pembagian tugas, kita punya keahlian di vak
masing-masing.
Buku ini telah menarik
perhatian banyak orang, semenjak saya promosikan di beranda Fb. Menjadi fokus
saja, first things first, untuk menuntaskannya minggu ke-2 Agustus
2022.
Tidak kurang dari 200
pustaka primer saya baca dan ringkas (parafrasa), dengan jujur menyebut
sumbernya. Penelitian prasejarah Dayak, bumi Borneo sebelum deglasiasi dari:
Blust. Lalu ada Edwin Gomes, Evans H.N. Ivor, King, Hogendorp sebagai pustaka
penyangga sejarah. Bahwa Dayak telah menghuni Borneo sejak 40.000 tahun
silam.*)