Air Tanah - Tanah Air: Masalah Borneo ke Depan
Air kehidupan.
Pada 1998. Tahun reformasi. Keran kemerdekaan menyampaikan opini secara bebas dan terbuka di muka dan mimbar publik, telah pun terbuka.
Maka apa pun yang menjadi pemikiran, perasaan, imajinasi, mimpi, kehendak, cita-cita, orang Dayak yang selama ini terpendam dalam alam bawah sadar; muncul keluar.
Adalah seorang penulis, orang luar Dayak tapi juga dari dalam; orang dalam Dayak tapi juga luar. Dia telah lama saya kenal. Ia seorang penulis yang andal dan sangat produktif pada masanya. Dan juga pada saat ini dia tetap dikenal sebagai tokoh literasi Kalimantan Timur. Namanya tidak asing lagi Rudi Haryo Widjono AMZ.
Tak syak beliau dikenal sebagai pegiat literasi. Selain sebagai aktivis suatu organisasi yang bergerak pada pemberdayaan masyarakat dan juga literasi bidang finansial terutama bagi penduduk pedalaman Kalimantan Timur.
Yang jadi masalah orang Borneo hari ini. Dan juga nanti: bukan semata-mata tanah air; melainkan juga air tanah..
Kami sama-sama menjadi redaktur sebuah majalah yang terbit di Surabaya buletin sosial atau Busos. Hampir setiap terbitan muncul tulisan tulisannya, terutama menyangkut permasalahan-permasalahan yang dihadapi masyarakat pedalaman Kalimantan terutama Kalimantan Timur.
Kepedulian Roedy, yang akrab disapa dengan “Romo”, sungguh patut untuk mendapat acungan jempol. Bukan hanya satu jempol melainkan two thumbs.
Hal yang cukup mencengangkan, si Romo pada tahun ’98, seperti bisa menujumkan.
Seperti narasi yang ditulisnya dan dibangun dalam buku ini. Terutama menyangkut masalah tanah.
Yang menjadi masalah orang Kalimantan hari ini, bukan semata-mata tanah air; melainkan juga air tanah.
Air yang dahulu jernih mengalir bebas dan berlimpah ruah. Kini keruh seperti kopi. Penambangan, perkebunan, dan industrialisasi telah menyebabkan deforestasi. Bukan oleh penduduk setempat yang terbukti dapat menjaga kelestarian alam selama ratusan tahun.
Kita seakan diingatkan oleh Romo. Bahwa tidak ada yang namanya emas kehidupan atau minyak kehidupan. Baca
Yang ada adalah: air kehidupan. Baca https://www.bordernews.id/2023/04/keadaan-alam-dan-manusia-di-perbatasan.html
Untuk kita renungan: Masih adakah elan vital, napas hidup, jika alam dan bumi Borneo sudah tidak ada lagi air jernih mengalir dari celah bebatuan dan sumbernya di pegunungan? *)